
Rasanya kepala ini pusing sekali, sudah hampir beberapa hari setiap saya menyetel TV untuk bersantai ria, tapi hampir setiap Stasiun TV menampilkan berita yang bertema Kekerasan.
Ya, kekerasan, atas dalih apapun, seharusnya dihindari. Sayangnya, beberapa pekan terakhir ini justru kekerasan kerap terjadi di Tanah Air. Dengan dalih membela kepentingan rakyat yang menjadi korban atas kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak(BBM), banyak mahasiswa berdemonstrasi diwarnai aksi kekerasan. Ada yang membakar ban, menyandera truk BBM, hingga memukul seorang aparat polisi yang kebetulan melintas dilokasi demo.
Berikutnya, petugas keamananpun terkesan terpancing melakukan tindakan kekerasan untuk merespon berbagai aksi mahasiswa. Itu paling terlihat jelas ketika Polisi menyerang Kampus Universitas Nasional, Jakarta, dan memukuli banyak mahasiswa.
Disaat masalah kekerasan mahasiswa dan aparat belum reda, eh, muncul lagi kasus baru. Fron Pembela Islam (FPI) terlibat kekerasan terhadap massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beradama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas, Jakarta. Saya melihat berita di TV, tercatat banyak korban dari pihak AKKBB yang terluka akibat pukulan yang diduga dilakukan anggota FPI, galak.
Kedua kelompok selama ini memiliki sikap yang berseberangan terkait keberadaan Ahmadiyah. AKKBB merupakan kelompok yangselama ini gigih memperjuangkan hak Ahmadiyah, sementara FPI yang terkenal keras tidak dapat menerima keberadaan Ahmadiyah di Indonesia karena telah menodai Islam.
Bentrok ideologi di Monas tepat dihari peringatan lahirnya Pancasila 1 Juni itu terasa menghenyakan nurani saya atau anda juga. Banyak yang mengungkapkan sikap atau pun komentar atas insiden itu. Pak Presiden pun turut mengeluarkan pernyataan meminta aparat hukum untuk menindak tegas terhadap aksi ini. Bahkan masarakat di daerah-daerah pun mulai banyak yang menyerukan agar FPI dibubarkan karena dinilai sudah sangat meresahkan.
Keesokannya (pagi tadi) saya nonton tv lagi, masih tentang kekerasan di Monas, channel ini memberitakan tentang komentar dari kedua kubu yang berseteru, seru nih. dan keduanya melontarkan versi masing-masing dari kronologi kejadian itu.
Siang hari tadi nonton lagi, wah ini baru berita update, topik masiiihhh.... temanya Polisi mendatangi markas FPI untuk menangkap anggota dan ketua FPI dengan mengerahkan hampir 1500 personel, banyak ya? namun dalam kasusu ini ternyata masih dalam tahap pemeriksaan sebagai saksi.
Masih penasaran dengan berita ini, walau kepala pusing, sorenya saya nonton tv lagi. dan di kabar itu akhirnya polisi menetapkan Habib Riziq dan kesembilan anak buahnya sebagai tersangka, terus yang lainnya sebagai apa ya? padahal tadi pagi yang ditangkap polisi 39 orang plus dedengkotnya. Namun sayang ada satu lagi yang masih buron yaitu Panglima Komando FPI, Munarman, yang distatuskan Buron.
Inilah hal yang kita rasakan. Negeri ini sudah cukup banyak mendapat masalah dan berikutnya selalu terhantam masalah baru, sedih. Yang jelas, isu kekerasan yang tersuguhkan kali ini begitu menyita perhatian segenap elemen bangsa. Ironisnya, masalah kekerasan ini justru lalu mengesanpingkan ihwal esensi masalah.
Kekerasan dalam demonstrasi penolakan kenaikan BBM telah mendistraksikan kita dari esensi masalah rakyat miskin yang makin terhimpit ekonominya. Sedangkan masalah kekerasan di Monas justru seakan mengecilkan esensi masalah menyangkut Ahmadiyah atau pun masalah kebebasan serta toleransi beragama. Lebih dari semua itu, kekerasan seakan meremehkan nilai-nilai luhur demokrasi yang kini tengah dan terus di bangun di era reformasi.
Kekerasan telah terbukti tidak dapat dijadikan solusi untuk mengatasi masalah, justru mengundang masalah baru . Karena itu, kita tentu mengiginkan semua pihak dapat bersikap dewasa dan menahan diri, iya gak? Sikap berbeda pandangan tidak seharusnya memicu pertengkaran. Huh..capee dehh....!
Posting Komentar