Masuknya Jepang membuka pintu bagi desakan Nasionalisme yang bibitnya telah tumbuh empat puluh tahun ke belakang. Setidaknya dalam Boedi Oetomo , Mei 1908-yang dirayakan seratus tahunnya bulan ini. Dunia bergelak disana-sini. Tahun 1945, Jerman dan Jepang kalah Perang Dunia. Tahun itu Indonesia memproklamasikan diri sebagai bangsa Merdeka. Tahun itu pula pasukan sekutu membuka kamp-kamp konsentrasi yang keji buatan Nazi di penjuru-prnjuru Eopa. Salah satunya kamp Bergen Belsen, tempat Annelies Marrie "Anne" Frank meninggal dunia dalam usia 15 tahun.
Annelies, kebetulan nama itu mengingatkan kita pada tokoh perempuan Indonesia dalam tetralogi Pramoedya Ananta Toer.
Kamp Bergen Belsen dibebaskan pasukan Inggris, yang menemukan tumpukan jenazah yang harus mereka makamkan dengan menggunakan buldoser.
Seorang perwira, Letkol Mervin Willet Gonin DSO , yang ikut dalam pasukan Inggris membebaskan kamp ini membuat catatan yang disimpan dalam Imperial War Museum yang . Setelah setimbun mayat. Lalu, ribuan korban masih hidup yang terlalu lemah untuk mecerna makanan. Sesudahnya, datang kiriman. Pasokan makanan, obat-obatan, dan sebuah paket aneh.
Tulisnya: Tak lama setelah palang merah Inggris tiba, meskipun mungkin tak berhubungan, sejumlah besar lipstik datang. Ini bukan sama sekali hal yang kami butuhkan. Kami sedang menjerit untuk seratus benda lain, dan saya tidak tahu siapa yang meminta kiriman lipstik. saya berharap bisa menyibakan siapa yang melakukannya: Tindakan yang jenius dan cemerlang sungguh. Saya percaya tidak ada benda yang lebih dahsyat ketimbang lipstik itu bagi para tahanan. Perempuan-perempuan berbaring di papan tidur tanpa kain tanpa gaun melainkan hanya dengan bibir merah skarlet. Kau lihat mereka berkelana tanpa apapun selain selimut tersangkut di bahu, tetapi juga dengan bibir merah skarlet. Saya melihat seorang wanita, mati, pada meja post-mortem. Tangannya menggenggam sebilah lipstik.
Tulis Letkol Gonin , "Setidaknya seseorang melakukan sesuatu untuk membuat merika menjadi individu lagi. Mereka menjadi seseorang, tak lagi angka yang ditatahkan sebagai tato pada tangannya." "Akhirnya mereka boleh tertarik pada penampilan mereka." Bertahun-tahun kemudian, seorang seniman membaca catatan perwira militer itu dan membuat sebuah karya. Banksy , seniman "bawah tanah' Inggris yang menjadikan ruang publik kanvas bagi grafitinya, menggambarkan kembali: Para tahanan di balik kawat berduriitu semua mengenakan gincu.Ada ironi pada gambar itu. Tapi jika kita membaca catatan sang perwira, ketersentuhannya sangat jelas: Pada akhir hayatnya, manusia terhibur jika manusia diperbolehkan menjadi manusia. Bukan bagian dari kumpulan yang diberi angka. seberapa pun kemuliaannya kebangsaan, manusia ingin menjadi dirinya sendiri: dengan identitasnya sendiri, agamanya sendiri, bahasanya sendiri, juga lipstik atau tak lipstiknya sendiri.
Kamp Bergen Belsen dibebaskan pasukan Inggris, yang menemukan tumpukan jenazah yang harus mereka makamkan dengan menggunakan buldoser.
Seorang perwira, Letkol Mervin Willet Gonin DSO , yang ikut dalam pasukan Inggris membebaskan kamp ini membuat catatan yang disimpan dalam Imperial War Museum yang . Setelah setimbun mayat. Lalu, ribuan korban masih hidup yang terlalu lemah untuk mecerna makanan. Sesudahnya, datang kiriman. Pasokan makanan, obat-obatan, dan sebuah paket aneh.
Tulisnya: Tak lama setelah palang merah Inggris tiba, meskipun mungkin tak berhubungan, sejumlah besar lipstik datang. Ini bukan sama sekali hal yang kami butuhkan. Kami sedang menjerit untuk seratus benda lain, dan saya tidak tahu siapa yang meminta kiriman lipstik. saya berharap bisa menyibakan siapa yang melakukannya: Tindakan yang jenius dan cemerlang sungguh. Saya percaya tidak ada benda yang lebih dahsyat ketimbang lipstik itu bagi para tahanan. Perempuan-perempuan berbaring di papan tidur tanpa kain tanpa gaun melainkan hanya dengan bibir merah skarlet. Kau lihat mereka berkelana tanpa apapun selain selimut tersangkut di bahu, tetapi juga dengan bibir merah skarlet. Saya melihat seorang wanita, mati, pada meja post-mortem. Tangannya menggenggam sebilah lipstik.
Tulis Letkol Gonin , "Setidaknya seseorang melakukan sesuatu untuk membuat merika menjadi individu lagi. Mereka menjadi seseorang, tak lagi angka yang ditatahkan sebagai tato pada tangannya." "Akhirnya mereka boleh tertarik pada penampilan mereka." Bertahun-tahun kemudian, seorang seniman membaca catatan perwira militer itu dan membuat sebuah karya. Banksy , seniman "bawah tanah' Inggris yang menjadikan ruang publik kanvas bagi grafitinya, menggambarkan kembali: Para tahanan di balik kawat berduriitu semua mengenakan gincu.Ada ironi pada gambar itu. Tapi jika kita membaca catatan sang perwira, ketersentuhannya sangat jelas: Pada akhir hayatnya, manusia terhibur jika manusia diperbolehkan menjadi manusia. Bukan bagian dari kumpulan yang diberi angka. seberapa pun kemuliaannya kebangsaan, manusia ingin menjadi dirinya sendiri: dengan identitasnya sendiri, agamanya sendiri, bahasanya sendiri, juga lipstik atau tak lipstiknya sendiri.
Technorati Profile
Posting Komentar